Senin, 31 Agustus 2009

Garut Luncurkan Penanaman Sejuta Pohon Jeruk Garut

Garut Luncurkan Penanaman Sejuta Pohon Jeruk Garut
Masa kejayaan Jeruk Garut yang sempat terancam punah akan segera "bangkit". Sebuah upaya
pembudidayaan kembali Jeruk Garut kini tengah dilakukan Pemerintah Kabupaten Garut.
Populasi Jeruk Keprok Garut (JKG) hingga akhir 2004 lalu berjumlah 249.461 pohon di lahan seluas
699,92 hektare. Namun dari jumlah tersebut, jenis JKG hanya mencapai 113.678 pohon (33%),
sementara sisanya berupa jeruk keprok siem dan jenis lainnya mencapai 235.783 pohon (67%).
Dari 140.808 tanaman jeruk yang telah menghasilkan, produksinya mencapai 6.760 ton/tahun dengan
produktivitas 48,05 kg/pohon/tahun. Jeruk Garut yang sempat sangat terkenal secara nasional adalah
jenis Jeruk Keprok Garut (citrus nobilis var. chrysocarpa).
Berbeda dengan jeruk keprok lainnya (keprok siem, keprok konde, keprok licin, keprok Malang), Jeruk
Keprok Garut lebih disukai konsumen karena bersosok bongsor, rasanya manis menyegarkan, kulitnya
pun regas, sehingga mudah dikupas. Pantas bila penghasilan pekebun di sentra‐sentra produksi seperti
Kecamatan Wanaraja dan Karangpawitan ikut terdongkrak. Dari hasil 2 kali panen, pekebun bisa
menunaikan ibadah haji saat itu. Maka kemudian banyak gelar‐gelar bagi para juragan jeruk saat itu
dengan titel ‘Haji Jeruk’. Selain itu, JKG dapat digunakan sebagai obat panas dan obat batuk.
Sayang, pada 1964, manisnya perniagaan jeruk mulai surut karena mewabahnya serangan penyakit.
Gejalanya, daun tumbuh tegak dan menguning, ukuran buah mengecil karena minim kadar air. Pada
1968, Universitas Padjadjaran mengungkap penyakit itu, citrus vein phloem degeneration (CVPD).
Penyebabnya, mikroorganisme mirip bakteri. Perawatan tidak intensif menjadi salah satu pemicu.
Akibatnya, populasi jeruk di Kabupaten Garut menurun. Pada 1970, areal tanam jeruk hanya tersisa
ratusan hektar dengan hasil ratusan ton. Pada 1974, jeruk keprok masih ditanam tapi hanya di
pekarangan. Di daerah sentra seperti Karangpawitan dan Tajur Wanaraja, serangan penyakit terus
mendera hingga 1980. Sentra produksi beralih ke Garut bagian selatan seperti Cikelet dan
Pameungpeuk.
Keberadaan Jeruk Garut kian terancam setelah meletusnya Gunung Galunggung pada 1982. Ketika itu
banyak pekebun gulung tikar disebabkan kesulitan modal untuk kembali mengebunkan jeruk. Mereka
pun beralih membudidayakan sayuran yang jangka waktu pengembalian modalnya lebih singkat.
Populasi jeruk di Kabupaten Garut terus anjlok. Pada 1992, yang tersisa hanya 52.000 pohon. Hasilnya,
520 ton jeruk/tahun, atau 100 kali lebih rendah dibanding produksi pada 1950.
Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Garut, Ir. H.
Widiana, CES, pada tahun 1987, Dinas Pertanian saat itu mencatat sebanyak 1,3 juta pohon (areal seluas
2.600 hektare) dengan jumlah produksi yang dihasilkan kurang lebih 26.000 ton per tahun senilai kurang
lebih Rp 13 miliar.
Tetapi kemudian serangan CVPD tak dapat dicegah hingga beberapa tahun menyebabkan populasi Jeruk
Garut terus merosot. Selama rentang lima tahun saja, pada 1992 populasinya menjadi 52.000 pohon
dengan produksi hanya 520 ton/tahun.
Tak ingin kebanggaan warga Garut itu pudar, Pemerintah Kabupaten Garut bahu membahu menggelar
program rehabilitasi jeruk. Seluruh tanaman sakit di daerah endemik serangan seperti di Wanaraja dan
Karangpawitan dibabat habis. Untuk mempertahankan galur murni JKG, tanaman yang selamat
diboyong ke Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika di Tlekung, Jawa Timur.
Di sanalah tanaman 'disterilkan' dari kontaminasi penyakit. Mata tunas diperbanyak dengan kultur
jaringan. Hasilnya menjadi sumber bibit yang kelak diberikan ke Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT)
Garut untuk diperbanyak. Dari sana kemudian bibit disebar ke penangkar.
Berkat program itu, populasi jeruk mulai bangkit. Menurut data Dinas Tanaman TPHP Kabupaten Garut,
pada 1993 populasi jeruk 140.584 pohon. Namun, jenis yang dikembangkan sebagian besar siem.
Menurut Widiana, pekebun lebih memilih siem karena genjah. Pada umur 2,5 tahun tanaman mulai
belajar berbuah. Sedangkan keprok butuh waktu 3‐3,5 tahun. Pasca serangan penyakit, para pekebun
menginginkan perputaran modal yang lebih cepat. Selain itu, produktivitas siem lebih tinggi. Sejak itulah
populasi Keprok Garut kian tenggelam. “Pada tahun 2006, dari populasi jeruk 384.599 pohon, hanya 17‐
20% di antaranya keprok garut”, katanya
Kondisi itu mendorong Departemen Pertanian dan Pemerintah Kabupaten Garut mencanangkan
program penanaman kembali keprok garut. Pihak Pemkab bekerja sama dengan kelompok tani
penangkar menyediakan bibit. 'Pada tahun 2011, Dinas TPHP menargetkan penanaman 1juta pohon
Keprok Garut, seperti pada era 1950‐an”, kata Widiana.
Strategi untuk menyukseskan Gerakan Penanaman satu juta pohon JKG dilakukan dalam dua pilar, yakni
melalui Gerakan Kebun Jeruk Sehat (GKJS). Gerakan ini difokuskan pada revitalisasi bibit jeruk bebas
CVPD dan sertifikasi kebun melalui metode GAP (Good Agriculture Practice), termasuk dibentuknya
agroklinik. “Kami canangkan 170.00 pohon bersertifikat melibatkan 12 kelompok penangkar bibit dan 52
kelompok penanam jeruk”, sebut Widiana.
Sementara pada pilar dua, pihaknya menggulirkan Gerakan Menanam di Pekarangan (Rampak).
Ditargetkan tahun 2008/2009 sebanyak 1.400 pohon bisa ditanam di 14 kecamatan , meliputi Garut
tengah, Garut selatan dan Garut utara kecuali Malangbong, Selaawi, dan Limbangan.
Upaya perbanyakan dengan kultur jaringan (in vitro), lanjutnya, akan dilakukan pada tanaman jeruk
Garut yang memiliki induk sehat.
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan ini dalam rangka pengadaan bibit bebas CVPD dan
menghidupkan kembali kondisi perjerukan di Kabupaten Garut pada kondisi lingkungan strategis dengan
perluasan area tanam.
Membangkitkan kembali kejayaan Keprok Garut bukan berarti tanpa kendala. Ancaman CVPD masih
menghantui para pekebun. Oleh sebab itu, Dinas TPHP mengawasi ketat peredaran bibit. “Bibit wajib
bersertifikat”, tegas Widiana.
Menurut Widiana untuk menghasilkan 1.250 pohoh induk JKG bebas CVPD memerlukan waktu sekitar 4
tahun melalui proses penyeleksian/pemurnian di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
Tlekung Jawa Timur. Pihakya tidak menjamin bebas CVPD, meski bibitnya bebas CVPD karena penyakit
ini diketahui bukan dari pohon jeruk itu sendiri, melainkan sebuah bakteri yang dibawa oleh serangga,
bahkan tidak hanya jeruk yang jadi korban, tanaman lain pun terkena, sebut saja kemuning muraya atau
tanaman gelinggem.
Pihak Dinas TPH juga menganjurkan kepada para pekebun untuk menjaga kebersihan kebun dengan
membabat kemuning muraya paniculata, tanaman inang Diaphorina citri. “Tidak sembarang pola
tumpang sari bisa dilakukan disini. Untuk itu kami buat prosedur GAP”, ujara Widiana.
Melaui Program Gerakan Kebun Jeruk Sehat (GKJS), diharapkan tahun ini tercapai 170.000 pohon JKG
bersertifikat melibatkan 52 kelompok petani jeruk diatas areal 340 hektar. “Saat ini sudah terdapat tiga
kebun di kawasan Cimencek Desa Cintaasih Kecamatan Samarang yang telah memiliki sertifikat”, sebut
Widiana.
Sedangkan bagi masyarakat luas, melalui Program Rampak (Gerakan Menanam di Pekarangan),
pihaknya telah menargetkan100 pohon per kecamatan. Direncanakan untuk pencanangannya akan
dilakukan pada tanggal 28 Nopember 2008 di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Karangtengah,
Pasirwangi, dan Kecamatan Cigedug. Tidak itu saja, pihak Dinas THP, Jum’at (20/11) menggelar
Pertemuan Kelompok Kerja Nasioal Jeruk di Hotel sabda Aalam Resort, yang dibuka resmi Sekda Wowo
Wibowo, dihadiri Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Ir. Teti, Kepala
balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH), kepala Subdin
Pertanian Dinas Pertanian Provinsi jabar Ir. Mia, dan Para pejabat dilingkungan Pemkab Garut.
Upaya tersebut tiada lain untuk mengembalikan pamor Jeruk Garut sebagai buah primadona
kebanggaan masyarakat Garut. Dengan begitu, mimpi buruk 44 tahun silam itu tak lagi terulang.
Gambaran Umum Jeruk Keprok Garut
Varietas Jeruk keprok yang menjadi andalan nasional sebenarnya ada tiga varietas, yakni Jeruk SOE dari
Malang, Jeruk Keprok Medan, dan Jeruk Keprok Garut – kemudian dikenal dengan Jeruk Garut.
Sementara permintaan konsumsi jeruk dalam negeri sekitar 1,6 juta kg per tahun, 30 % diantaranya
kebutuhan jeruk keprok (manis) sebesar 480.000 kg per tahun, dan 100.000 kg merupakan produk
dalam negeri.
Akibat kelangkaan produksi jeruk dalam negeri, maka kebutuhan konsumsi tersebut dipenuhi oleh jeruk
import (umunya dari Thailand dan China). Untuk itu pemerintah pusat membentuk Tim Pokjanas Jeruk,
yang bertujuan membatasi import jeruk. Untuk Kabupaten Garut sendiri, dari tahun 2006 hingga 2011
diprogramkan tertanam 4 juta pohon JKG.
Masa‐masa kritis JKG, dimana dinyatakan hampir punah, yaitu :
∙ Tahun 1984 populasi titik terendah mencapai ± 10.000 pohon
∙ Tahun 1992 populasi titik terendah mencapai ± 50.000 pohon
∙ Tahun 2001 populasi titik terendah mencapai ± 64.000 pohon
Sementara puncaknya pernah dicapai, yaitu :
∙ Tahun 1987 mencapai ± 1,6 juta pohon
∙ Tahun 2007 mencapai ± 551.000 pohon
∙ Tahun 2008 (periode Oktober) mencapai ± 550.00 pohon
Target Nasional dicapai, yaitu :
∙ Satu juta pohon JKG 2011
∙ Swasembada Jeruk Keprok 2016

ruh,visi, dan misi

RUH, VISI, DAN MISI

Ruh merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) yang melandasi pembangunan dan penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan khususnya sektor pertanian tanpa dilandasi ruh yang menjadi dasar pijakan akan kehilangan arah dan semangat yang akhirnya dapat menyimpang dari tujuan dan sasaran pembangunan. Apalagi untuk sektor pertanian yang obyek pembangunannya adalah benda hidup yakni manusia, hewan, tanaman dan lingkungannya (human activity system), maka ruh pembangunan sangat diperlukan, agar pembangunan tidak bersifat eksploitatif dan merusak kelestarian dari obyek pembangunan.

Seiring dengan semangat reformasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean government), maka selayaknya semangat reformasi ini dijadikan sebagai ruh di dalam pembangunan pertanian oleh Departemen Pertanian: Selain itu, semangat penyelenggaraan pemerintah yang baik oleh suatu pemerintahan yang bersih menjadikan hasil­hasil pembangunan diarahkan untuk sebesar besarnya kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain ruh kepedulian harus menjadi nilai dan orientasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Tidak berlebihan jika Departemen Pertanian dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian Indonesia melandaskan pada nilai dan ruh yang Bersih dan Peduli. Bersih berarti bebas dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme), amanah, transparan, akuntabel, demokratis dan aspiratif. Peduli berarti memberikan fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan, pemberdayaan, dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) diatas kepentingan pribadi dan golongan.

VISI Pembangunan Pertanian periode 2005-2009 adalah Terwujudnya pertanian tangguh untuk kemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai

tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani.

Pertanian tangguh atau pertanian industrial adalah sosok pertanian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. pengetahuan merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi, kebiasaan, atau tradisi;

  2. kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya;

  3. mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa;

  4. efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya dan karenanya membuat hemat dalam penggunaan sumberdaya;

  5. mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan;

  6. profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan

  7. perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan lebih dahulu dalam mutu, jumlah, berat, volume, bentuk, warna, rasa, khasiat, dan sifat-sifat lainnya dengan ketepatan waktu.

Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Departemen Pertanian mengemban MISI yang harus dilaksanakan adalah:

  1. Mewujudkan birokrasi pertanian yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi;

  2. Mendorong pembangunan pertanian menuju pertanian yang tangguh, berdayasaing, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;

  3. Mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi komoditi pertanian dan penganekaragaman konsumsi pangan;

  4. Mendorong peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional, melalui peningkatan PDB, ekspor, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  5. Memfasilitasi pelaku usaha melalui pengembangan teknologi, pembangunan sarana, prasarana, pembiayaan, akses pasar dan kebijakan pendukung;

  6. Memperjuangkan kepentingan dan perlindungan terhadap petani dan pertanian Indonesia dalam sistem perdagangan Internasional.

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan pembangunan pertanian Indonesia tahun 2005-2009 adalah:

  1. Menumbuh kembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

  2. Menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian;

  3. Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat sehingga kapasitas sumberdaya pertanian dapat dilestarikan dan ditingkatkan;

  4. Membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri;

  5. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam pemasukan devisa;

Sasaran pelaksanaan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 adalah:

  1. Berkembangnya usaha-usaha penunjang dan pengolahan hasil pertanian, seperti industri benih, kios pupuk, jasa alsintan , industri pangan dan lainnya;

  2. Produksi pertanian rata-rata per tahun meningkat : untuk tanaman pangan 2 persen; hortikultura 5 persen; perkebunan 5 persen; dan peternakan 5 persen

  3. Pendapatan riil petani meningkat 3,5 persen per tahun;

  4. Nilai ekspor produk pertanian pertanian meningkat dari US $ 3,7 milyar pada tahun 2004 manjadi US $ 9,0 milyar pada tahun 2009;

  5. Agroindustri meningkat ditandai oleh meningkatnya produk olahan pertanian rata rata 5 persen per tahun,

  6. Dikembangkannya organisasi dan kelembagaan pertanian seperti kelompok tani di sebagian besar desa, asosiasi setiap komoditi, koperasi pertanian dan organisasi agribisnis lainnya, yang dicirikan oleh meningkatnya daya tawar petani.

  7. Meningkatnya kemandirian pangan yang ditandai oleh berkurangnya import bahan pangan utama rata-rata 10 persen per tahun,

  8. PDS Pertanian meningkat 2,5 persen per tahun;

Sumber: Bahan Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR-RI, 25 Nopember 2004

Visi dan Misi Kabupaten Garut

Visi dan Misi
Kabupaten Garut

Visi
Terwujudnya Garut Pangirutan Yang Tata Tengtrem Kerta Raharja Menuju Ridho Allah SWT (Penjelasan)

Misi
Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintah Yang Amanah, Yang Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum, Demokrasi dan Ham;
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia;
Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama;
Menggali dan Memanfaatkan Sumber Daya Alam dan Buatan Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan;
Memberdayakan Sistem Ekonomi Kerakyatan Yang Bertumpu Pada Potensi Lokal dan Mekanisme Pasar;
Mewujudkan Garut Sebagai Daerah Agribisnis, Agro Industri;
Mewujudkan Garut Sebagai Daerah Pariwisata Disertai Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya Lokal.

Strategi
Peningkatan kualitas kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan “Good Governance”;
Penegakkan supremasi hukum, demokrasi dan hak azasi manusia;
Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan melalui pengembangan pendidikan melalui pengembangan pendidikan formal dan pendidikan luar sekolah;
Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana dan pelayanan kesehatan masyarakat;
Peningkatan kualitas kehidupan beragama, fasilitas peribadatan dan pendidikan keagamaan;
Pengelolaan sumber daya alam dan buatan dengan memperhatikan aspek manfaat dan resiko terhadap lingkungan;
Optimalisasi penataan ruang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan;
Peningkatan kualitas dan kuantitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan;
Pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi;
Peningkatan sarana dan prasarana transportasi, Pos dan Telekomunikasi, Komunikasi dan Media Massa untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Peningkatan dan pengembangan sarana, prasarana, serta sumber daya manusia;
Pemeliharaan dan pengembangan seni budaya sebagai identitas daerah;
Pengentasan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja dan penanganan daerah tertinggal.

RUH, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RUH, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

A. Ruh

Sebelum merumuskan visi dan misi, perlu digariskan apa yang selayaknya menjadi ruh, yang merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) yang melandasi pembangunan dan penyelenggaraan pembangunan. Pembangunan khususnya sektor pertanian tanpa dilandasi ruh yang menjadi dasar pijakan akan kehilangan arah dan semangat yang akhirnya dapat menyimpang dari tujuan dan sasaran pembangunan, apalagi untuk sektor pertanian yang obyek pembangunannya adalah makhluk hidup, yakni manusia, hewan, tanaman dan lingkungannya (human activity system), maka ruh pembangunan sangat diperlukan, agar pembangunan tidak bersifat eksploitatif dan merusak kelestarian obyek pembangunan.

Seiring dengan semangat reformasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean government), maka selayaknya semangat reformasi ini dijadikan sebagai ruh di dalam pembangunan pertanian oleh Departemen Pertanian. Selain itu, semangat penyelenggaraan pemerintah yang baik oleh suatu pemerintahan yang bersih diharapkan dapat memperoleh hasil-hasil pembangunan untuk sebesar-besarnya kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, ruh kepedulian harus menjadi nilai dan orientasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih. Tidak berlebihan jika Departemen Pertanian, termasuk Direktorat Jenderal Hortikultura, dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian Indonesia melandaskan pada nilai dan ruh yang Bersih, Peduli dan Tulus

Bersih berarti bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), amanah, transparan dan akuntabel. Peduli berarti memberikan fasilitasi, pelayanan, perlindungan, pembelaan dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (masyarakat pertanian) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif. Tulus berarti ikhlas, penuh pengabdian, jujur, dan memiliki integritas.

B. Visi

Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, maka Visi Pembangunan Hortikultura tahun 2005-2009 adalah Terwujudnya masyarakat pertanian yang sejahtera melalui pengembangan produksi hortikultura yang berdaya saing dan berkelanjutan”.

C. Misi

Dalam rangka mencapai visi pembangunan hortikultura tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut :

  1. Membina penerapan teknologi untuk meningkatkan produksi yang bermutu dan berdaya saing.

  2. Mendorong terciptanya SDM hortikultura yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi untuk mendukung pengembangan produksi hortikultura.

  3. Membina pengembangan kawasan dan sentra agrisbisnis hortikultura sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.

  4. Membina kelembagaan dan manajemen usaha produksi hortikultura yang efektif, efisien dan profesional

  5. Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi yang diperlukan dalam pengembangan produksi hortikultura.

D. Tujuan

Sejalan dengan visi dan misi yang diemban, maka tujuan pembangunan hortikultura tahun 2005-2009 adalah :

  1. Meningkatkan produksi dan mutu hortikultura yang aman konsumsi dan berdaya saing.

  2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM agribisnis hortikultura serta penguatan kelembagaan usaha hortikultura

  3. Meningkatkan pendapatan petani melalui pembinaan pengembangan usaha hortikultura yang efisien dengan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan

  4. Mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di perdesaan

  5. Meningkatkan kerjasama lintas instansi dan institusi terkait serta kerjasama internasional untuk mendukung pengembangan hortikultura.

E. Sasaran

Sasaran pembangunan hortikultura tahun 2005 – 2009 adalah :

  1. Meningkatnya produksi hortikultura rata-rata 6,30 persen per tahun.

  2. Meningkatnya mutu dan daya saing produksi hortikultura.

  3. Meningkatnya kompetensi dan kemampuan usaha sumber daya manusia hortikultura.

  4. Meningkatnya kelembagaan usaha hortikultura.

  5. Tercukupinya kebutuhan konsumen dan industri olahan hortikultura yang mutunya tinggi dan aman konsumsi.

  6. Meningkatnya kesempatan kerja, pendapatan petani dan pelaku bisnis serta pendapatan nasional dari usaha hortikultura.

Berikut ini adalah Sasaran/Target Produksi dan Luas Panen Hortikutura Tahun 2006 - 2009 secara Kuantitatif :

KOMODITAS

Sasaran/Target Produksi (Ton atau Tangkai)

Th. 2006 *)

Th. 2007

Th. 2008

Th. 2009

Buah-buahan

(Ton)

15.193.297

15.838.000

16.946.000

17.829.000

Sayuran

(Ton)

9.314.247

10.027.000

10.625.000

11.345.000

Tanaman Hias

(Tgk)

176.996.842

198.948.000

215.548.000

235.156.000

Biofarmaka

(Ton)

352.511.550

370.542.000

393.071.000

420.979.000


KOMODITAS

Sasaran/Target Luas Panen (Ha)

Th. 2006 *)

Th. 2007

Th. 2008

Th. 2009

Buah-buahan (ha)

732.863

749.847

768.694

788.974

Sayuran (ha)

950.162

960.310

971.216

982.534

Tanaman hias (ha)

1.497

1.518

1.544

1.571

Biofarmaka (ha)

20.023

21.612

23.135

24.805

Keterangan : *) Merupakan Angka Prognosa

Pemutakhiran Terakhir ( Senin, 21 April 2008 )

Rancangan Agenda Kegiatan Nasional & Regional Lingkup Ditjen Hortikultura Th 2008

Rancangan Agenda Kegiatan Nasional & Regional Lingkup Ditjen Hortikultura Th 2008 Cetak E-mail
Sumber : Redaksi
Kamis, 21 Pebruari 2008

No

Jenis Kegiatan

Peserta Daerah

Tempat

Waktu

1

Sinkronisasi Pelaksanaan Pengembangan Agribisnis Hortikultura 2008

Kadis, Kasubdin Hortikultura, Kepala BPTPH, Kepala BPSBTPH, Kepala BBH Seluruh Indonesia

Jawa Timur, Surabaya

Maret

2

Koordinasi Perencanaan Hortikultura 2009

Kasubdin Hortikultura, Kepala BPTPH, Kepala BPSBTPH, dan Kasubdin Program Seluruh Indonesia

Sulawesi Utara, Manado

Juni

3

Pemantapan Rancangan Pengembangan Hortikultura 2009

Kepala BPTPH, Kepala BPSBTPH, Kasubdin Program Seluruh Indonesia dan Operator RKA-KL

Yogyakarta

Nopember

4

Koordinasi Perencanaan Pola Produksi

Kasubdin Produksi dan Kasubdin yang menangani data sentra sayuran utama

Kalimantan Timur

Pebruari/

Maret

5

Koordinasi Produksi Benih Tanaman Krisan

Kasubdin Hortikultura, Kepala BBH 10 Propinsi (Sumut, Sumsel, Sumbar, Lampung, Jabar, Jateng, DI. Yogyakarta, Jatim, Bali, Sulut)

Bogor

Pebruari/ Maret

6

Sinkronisasi Angka Sementara Hortikultura Tahun 2007

Pejabat/ Petugas yang menangani data horti seluruh Indonesia

Bogor

Maret

7

Apresiasi Keuangan dan Perlengkapan

Pejabat Struktural Keuangan Daerah

Denpasar, Bali

Maret

8

Sinkronisasi dan Koordinasi Pengem-bangan Sentra Produksi Tanaman Hias 2008

Kasubdin Hortikultura sentra tanaman hias, Kadis Kab/Kota sentra tanaman hias

Jawa Timur

Maret

9

Temu Teknis Perlindungan Hortikultura

Kasubdin Perlindungan,

Kepala BPTPH

Jawa Timur

Maret

10

Pertemuan Koordinasi Perencanaan Perbenihan dan Sarana Produksi

Kasubdin Perbenihan (3 kali pertemuan)

Sulawesi Utara

Maret, Juni, September – Oktober

11

Evaluasi Pelaksanaan SIMONEV

Pejabat Struktural yang menangani Pelaporan

Surabaya

April

12

Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan bidang Hortikultura

Pejabat/ Staf bidang peraturan perundang-undangan Eselon I Deptan, Dinas-dinas Pertanian di seluruh Indonesia, UPTD

Ciawi,

Jawa Barat

April

13

Konsolidasi Penyilang Anggrek

Para Penyilang Anggrek dari 13 propinsi (Sumut, Sumbar, Riau, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, Papua, Sulut, Kalbar, Kaltim

Jawa Timur, Surabaya

April

14

Sinkronisasi Pengembangan Buah

Diperta Sentra Produksi Buah, Pemda, Pelaku Usaha, Instansi trkait

Yogyakarta

April

15

Temu Perancangan Teknologi Produksi Benih

Masing-masing pertemuan 20 orang (jumlah 40 orang) dari BBH Propinsi

Bogor/ Jakarta

April dan September

16

Bimbingan Penguatan Kelembagaan Perbenihan Sayuran

25 orang (Petugas, Produsen dan Penangkar Benih Sayuran)

Bogor

April

17

Sosialisasi SABMN

Petugas SABMN Pusat dan Daerah

Bandung

Mei

18

Peningkatan Kemampuan Petugas Penilai Kebun

Diperta Sentra Produksi Buah

Solo

Mei

19

Pengembangan Buah-Buahan Organik

Diperta Sentra Produksi Buah-Buahan Organik

Sumatera Barat

Mei

20

Sosialisasi Metodologi Uji Adaptasi dan Observasi

Petugas dari 30 BPSB

Bogor

Mei

21

Apresiasi Teknologi Top Working

penangkar benih buah dari NAD, Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Banten, Jabar, Jatim, Jateng, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kalteng, Sulsel, Sultra, Sulteng

Jawa Barat

Mei

22

Koordinasi Penanganan Alsintan Hortikultura

NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Babel, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Sulteng, Sulut, Gorontalo.

Jawa Barat

Mei

23

Pembinaan Teknologi Produksi Benih Kentang G0 Melalui Aerophonik

Jabar, Jateng, Sulsel dan Pusat

Makassar

Mei

24

Apresiasi Pemantapan Target PNBP

Bendahara Penerima Daerah dan Pusat

Yogyakarta

Juni

25

Sinkronisasi Angka Tetap Hortikultura Tahun 2007

Pejabat/Petugas yang menangani data hortikultura seluruh Indonesia

Bandung

Juni

26

Pembahasan Usulan Pelepasan Varietas

Petugas BPSB, Pengusul, Produsen Penangkar (4 tahap pertemuan)

Bogor

Maret, Juni, Septembe, November

27

Pengembangan Sistem Informasi Dalam Upaya Penetapan Pola Produksi Sayuran dan Biofarmaka

Petugas Kabupaten sebagai pengumpul data

Mataram, NTB

Juni

28

Sinkronisasi dan Koordinasi Pengembangan Sentra Produksi Tanaman Hias 2009

Kasubdin Hortikultura sentra tanaman hias, Kadis Kab/Kota sentra tanaman hias

Sulawesi Utara

Juni 2008

29

Penyusunan Program Perlindungan Hortikultura

Kasubdin Perlindungan,

Kepala BPTPH

Surabaya

Juni–Juli

30

Workshop Penyusunan Lap. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)

Petugas SAK Pusat dan Daerah

Bandung

Juli

31

Rekonsiliasi Keuangan dan Perlengkapan

Petugas SAK dan SABMN

Yogyakarta

Juli

32

Sosialisasi Produksi, Distribusi dan Penggunaan Alsintan

Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, DKI Jakarta

Jawa Barat

Juli

33

Pertemuan Penangkar Benih Buah

Penangkar benih buah dari Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Sumsel, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DIY, Bali, NTB, Kalbar, Kalteng, Sulsel, Sulteng

Bogor

Juli

34

Sinkronisasi Petugas Pengawas Benih

Pejabat dari setiap BPSB

Bogor

Juli

35

Apresiasi Teknologi Produksi Benih Biofarmaka

Kepala BBH/Petugas dari 17 propinsi (NAD, Sumut, Bengkulu, Jambi, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalsel, Kalbar, Sulsel, Sultra, Sulteng, Papua

Malang

Agustus

36

Penyempurnaan GAP

Diperta Sentra Produksi Buah, Instansi Terkait

Yogyakarta

Agustus

37

Gelar Buah Tropika Nusantara

Diperta Sentra Produksi Buah

Jakarta

Agustus

38

Evaluasi Penetapan Pola Produksi Sayuran

Kasubdin Produksi dan Kasubdin yang menangani data sentra sayuran utama

Jawa Tengah

September

39

Pembinaan Pengembangan Sistem Produksi dan Distribusi Benih Bawang Merah Bermutu

Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel, NAD, Sumut, Sulteng, NTT dan Pusat

Mataram, NTB

Oktober

40

Lomba Kebun Buah

Diperta Sentra Produksi Buah

Jakarta

Oktober

41

Pameran Buah Tropika Nusantara

Dinas Pertanian

Jakarta/ Bogor

Awal Nop

42

Pengembangan Kawasan Buah-buahan Berorientasi Ekspor

Diperta Sentra Produksi Buah

Semarang

Nopember

43

Peningkatan Motivasi Petugas dan Pelaku Usaha Agribisnis Hortikultura Melalui Pemberian Perhargaan

Para Pelaku Usaha dan Petani Hortikultura di seluruh Indonesia

Jakarta

Nopember– Desember

44

Rekonsiliasi Keuangan dan Perlengkapan

Petugas yang menangani SAK dan SABMN

Surabaya

Desember

Pemutakhiran Terakhir ( Kamis, 21 Pebruari 2008 )